Kamis, 08 April 2010

Kabar tentang Nabi Muhammad SAW: Sudah Tercantum dalam Kitab Terdahulu [kitab agama lain]

Kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam sudah diketahui para nabi dan mereka akan beriman dan menolong­nya. Hal ini juga mengikat umat para nabi itu untuk beriman dan menolong­nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah) ketika Allah mengam­bil perjanjian dari para nabi, ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu be­rupa kitab dan hikmah, kemudian da­tang kepadamu seorang rasul, yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’.”

Allah berfirman, ‘Apakah kamu meng­akui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’

Mereka menjawab, ‘Kami mengakui.’

Allah berfirman, ‘Kalau begitu, saksi­kanlah (hai para nabi), dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu’.” – QS Ali Imran (3): 81.



Bahkan, kedatangan nabi mulia itu sudah disebutkan secara jelas, diwahyu­kan Allah dalam kitab-kitab yang mereka terima, “(Yaitu) orang-orang yang meng­i­kut rasul, nabi yang ummi, yang (nama­nya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka – QS Al-A’raf (9): 157.

Kita sekarang memang belum mene­mukan kitab Taurat dan Injil yang asli. Meski begitu, kitab Taurat dan Injil yang sekarang, walau kita meragukan keasli­annya, ternyata masih ada tanda-tanda keasliannya, sebagaimana tentang ku­tipan akan turunnya Nabi Muhammad da­lam kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.

Deuteronomy, kitab Nabi Musa, ber­bicara dengan sangat jelas tentang akan datangnya seorang nabi (yang kemung­kinan akan seperti Nabi Musa pula), dari antara saudara orang-orang Israil juga. Yaitu keturunan Nabi Ismail atau bangsa Arab. Pernyataan ini sebagaimana ter­sebut berikut ini:

“Tuhan akan mendatangkan kepada­mu seorang nabi yang berasal dari an­tara kamu juga, yang dilahirkan sebagai­mana aku, di mana kepadanya kamu ha­rus beriman juga. Sesuai dengan kehen­dak Tuhan pada hari di mana pun umat manusia dikumpulkan, berkatalah kamu semua, ‘Biarkanlah kami tidak mende­ngar­kan lagi suara Tuhanku, dan tidak juga melihat api yang besar serta tidak pula aku ingin mati.’ Dan berkatalah Tu­han kepadaku, ‘Mereka akan menemu­kan apa yang telah mereka katakan. Aku akan datangkan kepada mereka se­orang nabi yang berasal dari tengah-te­ngah mereka, sebagaimana kamu, dan akan Aku letakkan kata-kata-Ku pada mulutnya, dan dia akan berkata kepada me­reka apa yang Aku perintahkan ke­padanya untuk berkata demikian’.”  –  Deuteronomy, 18:15-18 (Perjanjian Lama, Ulangan 18: 15-18).

Dalam ayat ini tersurat pesan kepada Nabi Musa tentang akan datangnya nabi mulia. Tuhan telah menyatakan sendiri di depan bangsa Israil bahwa Dia akan mendatangkan seorang nabi yang juga dari kalangan mereka.

Satu-satunya keturunan Ismail sete­lah berakhirnya keturunan Nabi Ishaq adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi ti­dak diragukan lagi bahwa nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad.

Sedang dalam Injil, kedatangan Nabi Muhammad termaktub dalam Perjanjian Baru, Injil Yahya (Yohanes), dalam ba­hasa Yunani asli yang artinya, “Jika eng­kau mencintaiku, niscaya engkau akan mentaati perintah yang sudah aku sam­paikan kepadamu. Dan aku akan ber­sem­bahyang kepada Bapa, dan Dia akan memberimu pemberi kabar gem­bira yang lain, yang bersamamu untuk selamanya. Sesuatu yang telah aku sam­paikan ke­padamu ini akan tetap kekal bersama­mu. Tetapi pemberi kabar gembira yang ada­lah pembawa sema­ngat kebenaran yang akan dikirimkan oleh Bapa, dia akan mem­berimu pelajar­an tentang segala se­suatu dan mem­bawa segala sesuatu kepada seluruh ingatanmu, demikianlah apa yang kukata­kan kepadamu.” – Yahya 14: 15-16; 25-26.

“Sekalipun demikian, aku katakan kepadamu tentang kebenaran. Adalah kebijakan untukmu jika akan pergi, atau jika aku tidak pergi, pembawa kabar gem­bira tidaklah akan datang kepada­mu… dan dia, bilamana datang, akan memberi hukum di dunia berlandaskan kepada dosa dan kebenaran serta ke­bijaksana­an. Aku belum begitu banyak berkata ke­padamu, tapi kalian tidak bisa menahan sekarang. Walaupun begitu, apabila dia, pembawa semangat kebe­nar­an, datang, dia akan membimbingmu ke arah ke­imanan, dia tidak akan bicara atas ke­mauannya sendiri, melainkan apa yang dia dengar (dari Tuhan), dia akan kata­kan, dan dia akan menyata­kannya ke­pada kalian segala sesuatu yang akan datang.” – Yahya, 16: 7-8; 12-13.

Kita tidak akan ragu-ragu sedikit pun bahwa kata perkalutas dalam bahasa Latin, yang dalam bahasa Inggris-nya comforter atau pembawa kabar gembira, bukanlah yang dimaksudkan Yesus Kris­tus sendiri, melainkan sebenarnya adalah parkaletos, yang berarti “yang tersohor”, atau “yang mulia”, atau “yang agung”, atau “yang terkenal”, atau “yang termasy­hur”, atau “yang ternama”. Ini cocok sekali dengan pengertian nama Ahmad atau Muhammad dalam bahasa Arab.

Tentang nama Ahmad, kitab suci Al-Quran menyatakan, “Dan (ingatlah) ke­tika Isa Putra Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” – QS Ash-Shaff (61): 6.



Dalam Kitab-kitab Lain

Termaktubnya nama Nabi Muham­mad SAW tidak hanya ada di dalam kitab Taurat dan kitab Injil, Ali Akbar dalam bukunya berjudul Israel dan Isyarat dalam Kitab Suci Al-Quran (Penerbit PT Al-Ma’arif, Bandung, 1987) menyebut­kan bahwa kabar kedatangan Nabi Mu­hammad juga termaktub dalam kitab agama Buddha.

Kitab suci agama Buddha ditulis dalam berbagai bahasa, tetapi yang agak kuat sumbernya berasal dari sum­ber Sri Lanka. Salah satu terjemahannya sebagai berikut:

Ananda berkata kepada Yang Dimu­liakan, “Siapakah yang akan memberi pelajaran kepada kami jika Tuan sudah pergi?”

Yang Dimuliakan menjawab, “Aku ini bu­kanlah satu-satunya Buddha yang datang ke dunia, juga bukanlah aku yang terakhir, nanti pada saatnya akan datang Buddha yang lain ke dunia ini. Yang suci, yang unggul, dan cemerlang, yang me­nampakkan kebijaksanaan dalam ting­kah lakunya, yang memberikan harapan, yang tahu tentang alam, seorang yang tiada bandingnya dalam memimpin, se­orang yang memiliki sifat-sifat malaikat, dan yang mesti mati. Dia akan menye­lamatkan kamu kepada keimanan yang sama kekal sebagaimana apa yang telah aku ajarkan kepadamu. Dia akan ber­khutbah tentang agamanya, yang mulia puncaknya, dan mulia dalam tujuannya. Dia akan menyatakan ihwal agama kehidupan, yang kesemuanya asli dan sempurna, sebagaimana yang baru saja aku nyatakan. Pengikutnya akan se­banyak jutaan, sedangkan pengikutku hanya ratusan ribu.”

Ananda berkata, “Bagaimana kami bisa mengetahui dia?”

Yang Dimuliakan menjawab, “Dia akan terkenal sebagai Maitreya….” (Maitreya berarti “seorang yang penga­sih dan yang dimuliakan”).

Sang Maitreya sebenarnya adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melain­kan untuk (menjadi) rahmat bagi semes­ta alam.” – QS Al-Anbiya’ (21): 107.

Siapa yang patut disebut rahmatan lil alamin selain Nabi Muhammad? Beliau mengatakan, “Tidaklah aku diutus untuk mengutuk, melainkan sebagai­mana yang diharapkan oleh Tuhan, sebagai pembawa rahmat.” – QS Al-Anbiya’ (21): 107.

Bacalah lebih terperinci tentang masa­lah ini dalam buku Muhammad in Parsi, Hindoo and Budhis Scriptures, karya A Vidyarathi dan U Ali, diterbitkan oleh Abbas Manxil Library, Allahabad, 3, India.

Dalam agama Hindu, termaktub dalam kitab Bhavishya Purana:

Lalu seorang yang buta huruf de­ngan nama kehormatan Guru, yang ber­nama Muhammad, setia sekali terhadap pengikutnya. Raja (Bhoja dalam sebuah pemandangan), kepada siapa Dewa besar, penduduk Arab, mensucikan diri dengan air Gangga, dan dengan lima hal dari segala gembala lembu penyampai sandal kaya dan berdoa untuknya. Oh, penduduk Arabia dan Tuhan dari yang Suci, kepada siapa aku memuja. Oh, kepada siapa yang telah menemukan banyak jalan dan cara untuk menghan­curkan syaitan di muka bumi ini. Oh, orang yang tidak berdosa semangat dan yang sempurna kebaikannya, yang menjadi pujaanku. Terimalah aku pada telapak kakimu (Bhavishya Purana Parv 3, Khnad 3, Shalok 5-8).

Satu lagi: Oh, orang-orang, dengar­kan ini baik-baik. Orang yang terpuji (Muhammad) akan datang di antara kamu. Kita letakkan para pendatang di tempat penampungan dari enam puluh ribu dan sembilan puluh musuh yang bertekuk lutut bersama dua puluh unta yang menempatkan posisinya menyen­tuh surga dan sedikit di bawahnya. Dia memberi Mamah Rishi ratusan keping emas, puluhan bola putar, tiga ratus kuda Arab, dan sepuluh ribu lembu (Atharva Veda, Kanda 20, Sukta 127, Mantra 1-3).

Sedang dalam agama Persia lama, yang termaktub dalam Kitab Dasatir No. 14, dihubungkan dengan nama Sasanll, bukan hanya sebuah pembenaran ter­hadap ajaran Islam, melainkan penjelas­an atas kenabian dan kedatangan Mu­hammad SAW. Inilah ayatnya:

Ketika bangsa Persia tenggelam ke dalam suasana moral yang rendah, se­orang manusia akan dilahirkan di Arabia, yang diikuti dengan runtuhnya singga­sana agama dan semuanya yang ada sebelumnya. Kejayaan dan kemegahan Persia akan diungguli. Rumahnya telah berdiri (dalam hal ini yang dimaksud adalah Ka’bah yang pada awalnya didiri­kan oleh Nabi Ibrahim) dan semua puja­an yang ada akan tergeser olehnya, dan orang-orang akan bersembahyang meng­hadap kepadanya. Pengikutnya akan menaklukkan kota Persia dan Taus dan Balkh dan tempat-tempat besar di sekitarnya. Orang-orang akan bertikai satu sama lain. Orang-orang Persia yang bijaksana dan lainnya akan bergabung dengan pengikutnya.”
Kabar akan kedatangan Nabi Muhammad SAW, walau tidak semuanya eksplisit, sudah tercantum dalam kitab-kitab agama terdahulu, seperti Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, dan Persia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar