Kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam sudah diketahui para nabi dan mereka akan beriman dan menolongnya. Hal ini juga mengikat umat para nabi itu untuk beriman dan menolongnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul, yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’.”
Allah berfirman, ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’
Mereka menjawab, ‘Kami mengakui.’
Allah berfirman, ‘Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi), dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu’.” – QS Ali Imran (3): 81.
Bahkan, kedatangan nabi mulia itu sudah disebutkan secara jelas, diwahyukan Allah dalam kitab-kitab yang mereka terima, “(Yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka – QS Al-A’raf (9): 157.
Kita sekarang memang belum menemukan kitab Taurat dan Injil yang asli. Meski begitu, kitab Taurat dan Injil yang sekarang, walau kita meragukan keasliannya, ternyata masih ada tanda-tanda keasliannya, sebagaimana tentang kutipan akan turunnya Nabi Muhammad dalam kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.
Deuteronomy, kitab Nabi Musa, berbicara dengan sangat jelas tentang akan datangnya seorang nabi (yang kemungkinan akan seperti Nabi Musa pula), dari antara saudara orang-orang Israil juga. Yaitu keturunan Nabi Ismail atau bangsa Arab. Pernyataan ini sebagaimana tersebut berikut ini:
“Tuhan akan mendatangkan kepadamu seorang nabi yang berasal dari antara kamu juga, yang dilahirkan sebagaimana aku, di mana kepadanya kamu harus beriman juga. Sesuai dengan kehendak Tuhan pada hari di mana pun umat manusia dikumpulkan, berkatalah kamu semua, ‘Biarkanlah kami tidak mendengarkan lagi suara Tuhanku, dan tidak juga melihat api yang besar serta tidak pula aku ingin mati.’ Dan berkatalah Tuhan kepadaku, ‘Mereka akan menemukan apa yang telah mereka katakan. Aku akan datangkan kepada mereka seorang nabi yang berasal dari tengah-tengah mereka, sebagaimana kamu, dan akan Aku letakkan kata-kata-Ku pada mulutnya, dan dia akan berkata kepada mereka apa yang Aku perintahkan kepadanya untuk berkata demikian’.” – Deuteronomy, 18:15-18 (Perjanjian Lama, Ulangan 18: 15-18).
Dalam ayat ini tersurat pesan kepada Nabi Musa tentang akan datangnya nabi mulia. Tuhan telah menyatakan sendiri di depan bangsa Israil bahwa Dia akan mendatangkan seorang nabi yang juga dari kalangan mereka.
Satu-satunya keturunan Ismail setelah berakhirnya keturunan Nabi Ishaq adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi tidak diragukan lagi bahwa nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad.
Sedang dalam Injil, kedatangan Nabi Muhammad termaktub dalam Perjanjian Baru, Injil Yahya (Yohanes), dalam bahasa Yunani asli yang artinya, “Jika engkau mencintaiku, niscaya engkau akan mentaati perintah yang sudah aku sampaikan kepadamu. Dan aku akan bersembahyang kepada Bapa, dan Dia akan memberimu pemberi kabar gembira yang lain, yang bersamamu untuk selamanya. Sesuatu yang telah aku sampaikan kepadamu ini akan tetap kekal bersamamu. Tetapi pemberi kabar gembira yang adalah pembawa semangat kebenaran yang akan dikirimkan oleh Bapa, dia akan memberimu pelajaran tentang segala sesuatu dan membawa segala sesuatu kepada seluruh ingatanmu, demikianlah apa yang kukatakan kepadamu.” – Yahya 14: 15-16; 25-26.
“Sekalipun demikian, aku katakan kepadamu tentang kebenaran. Adalah kebijakan untukmu jika akan pergi, atau jika aku tidak pergi, pembawa kabar gembira tidaklah akan datang kepadamu… dan dia, bilamana datang, akan memberi hukum di dunia berlandaskan kepada dosa dan kebenaran serta kebijaksanaan. Aku belum begitu banyak berkata kepadamu, tapi kalian tidak bisa menahan sekarang. Walaupun begitu, apabila dia, pembawa semangat kebenaran, datang, dia akan membimbingmu ke arah keimanan, dia tidak akan bicara atas kemauannya sendiri, melainkan apa yang dia dengar (dari Tuhan), dia akan katakan, dan dia akan menyatakannya kepada kalian segala sesuatu yang akan datang.” – Yahya, 16: 7-8; 12-13.
Kita tidak akan ragu-ragu sedikit pun bahwa kata perkalutas dalam bahasa Latin, yang dalam bahasa Inggris-nya comforter atau pembawa kabar gembira, bukanlah yang dimaksudkan Yesus Kristus sendiri, melainkan sebenarnya adalah parkaletos, yang berarti “yang tersohor”, atau “yang mulia”, atau “yang agung”, atau “yang terkenal”, atau “yang termasyhur”, atau “yang ternama”. Ini cocok sekali dengan pengertian nama Ahmad atau Muhammad dalam bahasa Arab.
Tentang nama Ahmad, kitab suci Al-Quran menyatakan, “Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” – QS Ash-Shaff (61): 6.
Dalam Kitab-kitab Lain
Termaktubnya nama Nabi Muhammad SAW tidak hanya ada di dalam kitab Taurat dan kitab Injil, Ali Akbar dalam bukunya berjudul Israel dan Isyarat dalam Kitab Suci Al-Quran (Penerbit PT Al-Ma’arif, Bandung, 1987) menyebutkan bahwa kabar kedatangan Nabi Muhammad juga termaktub dalam kitab agama Buddha.
Kitab suci agama Buddha ditulis dalam berbagai bahasa, tetapi yang agak kuat sumbernya berasal dari sumber Sri Lanka. Salah satu terjemahannya sebagai berikut:
Ananda berkata kepada Yang Dimuliakan, “Siapakah yang akan memberi pelajaran kepada kami jika Tuan sudah pergi?”
Yang Dimuliakan menjawab, “Aku ini bukanlah satu-satunya Buddha yang datang ke dunia, juga bukanlah aku yang terakhir, nanti pada saatnya akan datang Buddha yang lain ke dunia ini. Yang suci, yang unggul, dan cemerlang, yang menampakkan kebijaksanaan dalam tingkah lakunya, yang memberikan harapan, yang tahu tentang alam, seorang yang tiada bandingnya dalam memimpin, seorang yang memiliki sifat-sifat malaikat, dan yang mesti mati. Dia akan menyelamatkan kamu kepada keimanan yang sama kekal sebagaimana apa yang telah aku ajarkan kepadamu. Dia akan berkhutbah tentang agamanya, yang mulia puncaknya, dan mulia dalam tujuannya. Dia akan menyatakan ihwal agama kehidupan, yang kesemuanya asli dan sempurna, sebagaimana yang baru saja aku nyatakan. Pengikutnya akan sebanyak jutaan, sedangkan pengikutku hanya ratusan ribu.”
Ananda berkata, “Bagaimana kami bisa mengetahui dia?”
Yang Dimuliakan menjawab, “Dia akan terkenal sebagai Maitreya….” (Maitreya berarti “seorang yang pengasih dan yang dimuliakan”).
Sang Maitreya sebenarnya adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” – QS Al-Anbiya’ (21): 107.
Siapa yang patut disebut rahmatan lil alamin selain Nabi Muhammad? Beliau mengatakan, “Tidaklah aku diutus untuk mengutuk, melainkan sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan, sebagai pembawa rahmat.” – QS Al-Anbiya’ (21): 107.
Bacalah lebih terperinci tentang masalah ini dalam buku Muhammad in Parsi, Hindoo and Budhis Scriptures, karya A Vidyarathi dan U Ali, diterbitkan oleh Abbas Manxil Library, Allahabad, 3, India.
Dalam agama Hindu, termaktub dalam kitab Bhavishya Purana:
Lalu seorang yang buta huruf dengan nama kehormatan Guru, yang bernama Muhammad, setia sekali terhadap pengikutnya. Raja (Bhoja dalam sebuah pemandangan), kepada siapa Dewa besar, penduduk Arab, mensucikan diri dengan air Gangga, dan dengan lima hal dari segala gembala lembu penyampai sandal kaya dan berdoa untuknya. Oh, penduduk Arabia dan Tuhan dari yang Suci, kepada siapa aku memuja. Oh, kepada siapa yang telah menemukan banyak jalan dan cara untuk menghancurkan syaitan di muka bumi ini. Oh, orang yang tidak berdosa semangat dan yang sempurna kebaikannya, yang menjadi pujaanku. Terimalah aku pada telapak kakimu (Bhavishya Purana Parv 3, Khnad 3, Shalok 5-8).
Satu lagi: Oh, orang-orang, dengarkan ini baik-baik. Orang yang terpuji (Muhammad) akan datang di antara kamu. Kita letakkan para pendatang di tempat penampungan dari enam puluh ribu dan sembilan puluh musuh yang bertekuk lutut bersama dua puluh unta yang menempatkan posisinya menyentuh surga dan sedikit di bawahnya. Dia memberi Mamah Rishi ratusan keping emas, puluhan bola putar, tiga ratus kuda Arab, dan sepuluh ribu lembu (Atharva Veda, Kanda 20, Sukta 127, Mantra 1-3).
Sedang dalam agama Persia lama, yang termaktub dalam Kitab Dasatir No. 14, dihubungkan dengan nama Sasanll, bukan hanya sebuah pembenaran terhadap ajaran Islam, melainkan penjelasan atas kenabian dan kedatangan Muhammad SAW. Inilah ayatnya:
Ketika bangsa Persia tenggelam ke dalam suasana moral yang rendah, seorang manusia akan dilahirkan di Arabia, yang diikuti dengan runtuhnya singgasana agama dan semuanya yang ada sebelumnya. Kejayaan dan kemegahan Persia akan diungguli. Rumahnya telah berdiri (dalam hal ini yang dimaksud adalah Ka’bah yang pada awalnya didirikan oleh Nabi Ibrahim) dan semua pujaan yang ada akan tergeser olehnya, dan orang-orang akan bersembahyang menghadap kepadanya. Pengikutnya akan menaklukkan kota Persia dan Taus dan Balkh dan tempat-tempat besar di sekitarnya. Orang-orang akan bertikai satu sama lain. Orang-orang Persia yang bijaksana dan lainnya akan bergabung dengan pengikutnya.”
Kabar akan kedatangan Nabi Muhammad SAW, walau tidak semuanya eksplisit, sudah tercantum dalam kitab-kitab agama terdahulu, seperti Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, dan Persia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar